RESOLUSI 2021: Makin Produktif dan Kreatif Bersama ZenBook Flip S (UX371)

“Mau laptop seperti apa?”

“Asal bisa buat nulis dan kirim email. Cukup.”

Itu adalah jawaban saya selama ini ketika laptop rusak dan akan membeli baru. Jawaban yang tak pernah berubah sejak tahun 2005, ketika saya mulai menekuni dunia tulis-menulis. Laptop yang saya pakai, asal cukup untuk memenuhi kebutuhan seorang penulis lepas. Bahkan, dalam dua kali ganti perangkat menulis, saya cukup pakai notebook.

Sekian tahun berlalu, akhirnya jawaban saya berubah. Siapa sangka, perubahan ini adalah hikmah dari pandemi.

KEGIATAN BARU SAAT PANDEMI

Tak ada yang menyangka dampak yang disebabkan virus Corona begitu besar dan berimbas pada semua bidang, salah satunya penerbitan. Otomatis berdampak kepada saya, sebagai penulis. Hampir semua naskah yang sudah diterima penerbit ditunda penerbitannya sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Bahkan, ada yang sudah ilustrasi, lay out, siap cetak pun tidak jadi terbit. Tak ada penerbit yang menerima naskah baru. Tak ada lagi orderan menulis buku. Kondisi seperti itu, sungguh membuat saya patah hati.

Bersyukur, saya masih punya kegiatan sampingan. Saya jual madu dan minyak kelapa. Tak disangka, awal pandemi, pemesanan madu meningkat drastic. Semua orang berusaha meningkatkan imun melalui asupan makanan, salah satunya madu. Walapun sempat kesulitan mendapatkan madu, semua ini sedikit mengalihkan rasa patah hati di dunia penulisan.

Suatu ketika, saya melihat iklan kelas foto online memakai smartphone. Wah, kebetulan. Saya perlu ilmu ini untuk membuat foto madu, minyak, juga buku-buku saya agar lebih menarik. Akhirnya saya ikut kelas basic. Lalu berlanjut ikut kelas advance dan expert. Tiga kelas dasar berhasil saya lalui. Walaupun dibandingkan dengan teman-teman lain, saya jauh dari kata berbakat, tapi saya mulai senang dengan kegiatan baru ini. Akhirnya saya ikut kelas food, still life, product, bahkan macro photography. Saya juga ikut kelas edit foto. Semua hanya berbekal smartphone.

Jejaring pertemanan bertambah, tak hanya para penulis, editor, illustrator, kini juga sesama teman pembelajar fotografi. Hingga, saya tertarik dengan sebuah foto keren, yang ternyata diedit menggunakan Adobe photoshop. Ketika ada kelas belajar menggunakan adobe photoshop, saya pun tertarik. Sayangnya, a\kali ini, tak cukup pakai hape, harus pakai laptop. Dan … notebook jadul saya kurang mendukung. Belum ada program adobe photoshop saja lelet, apalagi ditambah program ini. Baiklah, sementara lupakan dulu kelas itu.

Seiring berjalannya waktu, dunia perbukuan mulai bangkit. Satu per satu, buku saya kembali terbit. Mood menulis pun bangkit. Bahkan, saya pun tertarik ikut lomba-lomba, yang sebelumnya sangat jarang saya ikuti.

Ternyata, ada salah satu lomba yang akan ideal bila saya bisa program Adobe InDesign. Wah, ini juga pastinya akan lebih efektif apabila memakai laptop. Tentunya notebook saya tak sanggup menanggung beban ini.

TAHUN 2021 : LEBIH PRODUKTIF DAN KREATIF

Tahun 2021 inilah, pertama kalinya saya mulai berpikir ganti laptop yang syaratnya tidak hanya cukup buat nulis dan kirim email. Selain menjadi penulis lepas, semoga dunia fotografi bisa membuat saya lebih produktif, syukur-syukur bisa menjadi lahan rezeki. Dan, semua ini, tentu akan lebih efektif bila didukung dengan perangkat yang lebih sesuai

Kalau ditanya merek, saya sudah tidak bingung lagi. ASUS pilihannya. Bukan tanpa dasar tentu saja. Suami saya seorang pengajar di bidang Geofisika, dia memakai laptop ASUS. Lumayan mumpuni, untuk aneka program yang diperlukan semacam surface wave analysis, waveEq, hydrotherm 2.2, dan masih banyak lagi. Untuk mobilitas, dia juga pakai notebook ASUS. Baterainya tahan lama, dan sangat ringan. Anak saya, mahasiswa tingkat III Perencanaan Wilayah Kota yang sangat menyukai dunia fotografi. Dia juga memakai ASUS untuk mengerjakan semua tugas kuliah dan mengedit foto-fotonya.

Tahun 2021, ASUS memperkenalkan ZenBook Flip S (UX371) yang tidak hanya memiliki desain premium, tetapi juga powerfull dan dilengkapi dengan fitur penunjang agar pemakai bisa lebih produktif dan kreatif secara optimal. Melihat gambarnya, saya langsung naksir. Keren banget. Terus saya membayangkan dua tas saya yang berwarna coklat. Duh, kayaknya kalau laptop itu dimasukin ke sana, keren banget. Matching.

Tahun 2021, ASUS memperkenalkan ZenBook Flip S (UX371) yang tidak hanya memiliki desain premium, tetapi juga powerfull dan dilengkapi dengan fitur penunjang agar pemakai bisa lebih produktif dan kreatif secara optimal. Melihat gambarnya, saya langsung naksir. Keren banget. Terus saya membayangkan dua tas saya yang berwarna coklat. Duh, kayaknya kalau laptop itu dimasukin ke sana, keren banget. Matching.

Review ASUS ZenBook Flip S (UX371) Indonesia | Futureloka

Dasar emak-emak, yang pertama dilihat penampilan. Harusnya, ini yang diperhatikan:

Komputer masa kini memiliki tampilan berbeda karena mereka memang berbeda. Dengan solid-state drive (SSD) dan teknologi terkini, Anda mendapatkan kecepatan, keamanan, ketahanan, dan desain yang cantik. Kami telah melakukan jajak pendapat, dan hasilnya, orang-orang lebih senang saat bepergian dengan PC modern.

PC modern juga dilengkapi dengan pena digital yang memiliki banyak manfaat. Sentuhan khas tercipta saat Anda membuat sketsa atau coretan pada dokumen dengan pena digital. Penelitian juga menemukan adanya peningkatan kinerja hingga 38% pada pelajar ketika mereka menggunakan pena digital untuk mengerjakan soal-soal sains. Tidak semua ide berupa kalimat, kini saatnya untuk tuangkan inspirasi segera dalam sketsa atau coretan pena digital di PC modern.

Solid State Drive atau SSD. Ini menarik perhatian saya. Apa itu? Saya tanyakan ke suami, rupanya dengan memakai ini, salah satu fungsinya adalah membuat laptop akan lebih cepat dalam menyimpan dan membaca data. Wah! Notebook yang sudah saya pakai sekitar lima tahun, kelihatan mulai udzur, dengan melambatnya kinerjanya. Sering sekali kejadian, saat membuka sebuah website, karena lama, saya sambi buka whatsapp dulu. AKhirnya, malah kelupaan, keasyikan baca whatsapp.  Duh, biking tidak produktif banget, kan? Haha.

Apalagi dengan ditenagai oleh prosesor 11th Gen Intel Core terbaru terintegrasi Intel Iris X? Graphics, memastikan laptop ZenBook memiliki performa terbaik di kelasnya. Tidak hanya itu, prosesor 11th Gen Intel Core juga hadir lebih efisien dan hemat daya dibandingkan dengan prosesor generasi sebelumnya.

Saya tertarik karena ZenBook Flip S (UX371) sudah komplet, dengan memori RAM 16 GB dan harddisk 1 TB NVMe™ M.2 SSD. Penyimpanan dan pembacaan data menjadi jauh lebih cepat daripada harddisk. Semakin cepat proses, anti lemot, tentunya pekerjaan menjadi lebih produktif.

Semakin mempelajari keunggulan ZenBook Flip S (UX371), saya semakin merasa laptop ini yang paling cocok untuk mewujudkan cita-cita saya di tahun 2021, semakin produktif dan kreatif dengan memaksimalkan semua potensi yang ada.

Saya tuliskan satu per satu, hasil penulusaran saya, ya.  

TIPIS DAN RINGAN

Bagian ini langsung menarik buat saya yang bertahun-tahun memakai notebook yang kecil dan ringan. ZenBook Flip S (UX371) sangat tipis dan ringkas. Ketebalan bodinya hanya 11,9 mm dengan berat 1,2 kg. Pas sekali untuk saya, yang hampir setiap akhir pekan melakukan perjalanan Semarang – Magelang, mengunjungi orangtua. Selama dua hari di rumah, saya tak mungkin tidak menyentuh pekerjaan sama sekali, terutama bila ada deadline. Apalagi, kalau sedang mudik, balita saya ada yang ngemong. Wah, ini kesempatan untuk bekerja di depan laptop.

Secara berkala, saya juga perlu ke Bogor / Jakarta untuk mengunjungi anak yang mondok di Bogor, dan biasanya sekalian silaturahim ke saudara di Jakarta. Seringnya bawa kendaraan sendiri, sesekali naik kereta api. Ketika ada pekerjaan, laptop tak boleh ketinggalan.

ZenBook Flip S (UX371) sangat mendukung ketika saya harus bekerja saat di perjalanan. Laptop ini hadir sebagai laptop berlabel EVO Platform, artinya laptop ini mampu bekerja secara responsif dan memiliki daya tahan baterai yang panjang. Dalam pengujian yang telah dilakukan, laptop yang menggunakan layer OLED beresolusi 4K ini mampu bertahan 9 jam 52 menit, menggunakan PCMark Battery Test pada mode Modern Office. Mantap! Kurang lebih 10 jam, laptop aman dipakai untuk bekerja.

Tapi, benarkah aman? Tidak panas dan rusak bekerja selama itu? ZenBook Flip S (UX371) memiliki system pendingin khusus yang mampu menjaga laptop pada kisaran suhu 65 derajat Celcius dalam kondisi full load secara stabil.

Selain praktis, baterai tahan lama, juga aman, ternyata masih ada kemudahan lain yang diberikan ZenBook Flip S (UX371)  untuk dibawa bepergian. Pertama, USB Power Delivery, yaitu fitur yang memungkinkan untuk diisi ulang dayanya menggunakan port USB Type-C yang tertanam di bodinya. Port tersebut bersifat universal, tidak perlu lagi membawa charger tambahan untuk mengisi berbagai gadget lainnya. Selain itu, laptop ini juga memungkinkan untuk dapat diisi ulang dayanya menggunakan power bank. Wow!

Yang kedua adalah tentang konektivitas. ZenBook Flip S (UX371) merupakan laptop dengan port yang lengkap dan masih hadir dengan port USB Type-A dan HDMI. Keduanya semakin jarang dijumpai di ultrabook sekelasnya. Menemani dua port tersebut, terdapat pula dua port USB Type-C yang juga merupakan port Thunderbolt 4. Port berkecepatan tinggi generasi terbaru ini tidak hanya dapat difungsikan sebagai sarana transfer data, tetapi juga mendukung display output dan tentu saja teknologi USB Power Delivery. Kelebihan yang ini, sih, suami yang paling senang. Ya, saat pergi jauh, terutama bila naik transportasi umum, kami biasanya cukup membawa satu laptop untuk dipakai bergantian. Selain irit bawaan, juga demi keamanan.

DIPUTAR 360 DERAJAT

Berbeda dengan laptop standar, ZenBook Flip S (UX371) dapat diputar 360 derajat dan dapat digunakan layaknya tablet dilengkapi dengan pen stylus. Betapa santainya saya nanti bekerja.

Saya adalah penulis bacaan anak. Kebanyakan menulis komik dan picture book. Saat memulai ilustrasi, sebagian penerbit ada yang meminta review ilustrasi secara bertahap. Pertama, saat ilustrasi masih sketsa hitam putih, lalu setelah diwarnai, dan terakhir setelah lay out, lengkap dengan teks. Kalau memakai ZenBook Flip S (UX371), akan nyaman sekali saat mereview semua ini.

Apalagi ditambah penggunaan panel OLED, layer ZenBook Flip S (UX371) mampu menghasilkan warna yang kaya dan akurat pada kecerahan yang rendah. Ilustrasi komik dan buku bergambar untuk anak yang ceria warna-warni, tentu akan lebih asyik saya nikmati.

Hadirnya pen stylus, akan lebih membantu saya ketika nanti saya belajar Adobe photoshop dan Adobe inDesign. Asus pen ini memiliki dua tombol. Satu tombol berfungsi untuk menulis sekaligus mouse click,  dan satu lagi untuk menghapus. Duh, belum pegang barangnya, saya sudah merasakan semangat untuk lebih produktif bila memakai laptop ini.

AMAN DAN NYAMAN

Layar ZenBook Flip S (UX371) hadir dengan teknologi yang bisa menjaga kesehatan mata.  Laptop ini telah mengantongi sertifikasi dari TÜV Rheinland untuk flicker free dan low blue light. Artinya, layar ZenBook Flip S (UX371) memiliki layar yang minim emisi gelombang cahaya biru dan tidak menghasilkan efek flicker. Sehingga layar ZenBook Flip S (UX371) tidak akan membuat mata penggunanya cepat lelah, selain itu juga aman buat kesehatan mata, karena tidak akan terpapar gelombang cahaya biru yang berlebihan.

Wah, ini cocok sekali dengan saya yang harus memelototi naskah secara detil, terutama saat proofreading naskah yang siap cetak. Jangan sampai ada kesalahan fatal ketika sudah menjadi buku.

Dengan teknologi itu, saya pun merasa aman bila sesekali memberi kesempatan anak balita saya untuk memakainya. Ya, si bungsu masih berusia empat tahun. Ada banyak website berisi aktivitas untuk toddler, baik gratisan atau berbayar. Sesekali, dengan waktu yang dibatasi, bolehlah dia belajar memakai laptop ini.

Review ASUS ZenBook Flip S (UX371) | Pemmzchannel

Spesifikasi keyboard pun cocok sekali untuk penulis. ZenBook Flip S (UX371) menghadirkan fitur Edge-to-Edge Keyboard, yaitu desain keyboard terbaru yang lebih lebar dan memiliki ukuran tombol lebih luas. Bakalan nyaman dan tidak gampang capek kalau menulis panjang, nih. Selain keybord yang nyaman, ZenBook Flip S (UX371) hadir dengan touchpad yang telah dilengkapi dengan fitur NumberPad 2.0. Dengan fitur ini, touchpad bisa menjadi numpad dengan satu sentuhan. Walaupun jarang bermain dengan angka, tapi fitur ini akan sangat membantu, ketika menghitung invoice pembelian buku. Selain menulis, saya juga menjual buku karya sendiri. Biasanya pesanan melonjak ketika buku saya baru terbit.

Dampak pandemi adalah banyak kegiatan yang dilakukan menggunakan zoom. Ada satu kelas online rutin yang saya lakukan dua kali dalam satu pekan, yaitu mengaji memperbaiki bacaan Al Quran. Namanya punya anak kecil, saya melakukan sambil momong. Kadang, saya online di ruang tamu, pintu terbuka, di luar anak saya main dengan teman-temannya. Saat sesi tanya jawab, atau kegiatan yang mengharuskan saya unmute speaker, tentu bising itu masih masuk. ZenBook Flip S (UX371) dilengkapi dengan array microphone yang didukung oleh teknologi Al Noise Cancelling. Fitur ini bisa meredam bising di latar belakang dan memperjelas suara pengguna yang di depan laptop. Keren banget, deh.

Oke ….

Tulisan panjang ini, sepertinya cukup untuk menguatkan tekad saya memiliki ZenBook Flip S (UX371)  karena sangat mendukung resolusi saya tahun 2021; makin produktif dan kreatif. Lebih lengkapnya, bisa lihat spesifikasi di bawah ini.

Spesifikasi:

Main Spec.ASUS ZenBook Flip S (UX371)
CPUIntel® Core™ i7-1165G7 Processor 2.8 GHz (12M Cache, up to 4.7 GHz)
Operating SystemWindows 10 Home with Office Home & Student 2019 pre-installed
Memory16GB LPDDR4X
Storage1TB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD
Display13.3″ (16:9) OLED 4K UHD (3840 x 2160), 400 nits, 100% DCI-P3, 133% sRGB, NanoEdge Display, Touchscreen, PANTONE® Validated display, TÜV Rheinland eye-care certified display
GraphicsIntel® Iris® X? Graphics
Input/Output1x HDMI 1.4, 1x USB 3.2 Gen 1 Type-A, 2x Thunderbolt™ 4 USB Type-C supports display and power delivery
CameraHD camera with IR function to support Windows Hello
ConnectivityIntel Wi-Fi 6(Gig+)(802.11ax)+Bluetooth 5.0 (Dual band) 2*2
AudioSonicMaster, Smart Amp Technology, Built-in array microphone, harman/kardon certified
Battery67WHrs, 4S1P, 4-cell Li-ion
Dimension 30.50 x 21.10 x 1.19 ~ 1.39 cm
Weight1.20 kg
ColorsJade Black
PriceRp24.999.000
Warranty2 tahun garansi global
Main Spec.ASUS ZenBook Flip 13 (UX363)
CPUIntel® Core™ i7-1165G7 Processor 2.8 GHz (12M Cache, up to 4.7 GHz)Intel® Core™ i5-1135G7 Processor 2.4 GHz (8M Cache, up to 4.2 GHz)
Operating SystemWindows 10 Home with Office Home & Student 2019 pre-installed
Memory16GB LPDDR4X8GB LPDDR4X
Storage1TB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD512GB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD
Display13.3″ (16:9) OLED FHD (1920 x 1080), 400 nits, 100% DCI-P3, 133% sRGB, NanoEdge Display, Touchscreen, PANTONE® Validated display, TÜV Rheinland eye-care certified display
GraphicsIntel® Iris® X? Graphics
Input/Output1x HDMI 1.4, 1x USB 3.2 Gen 1 Type-A, 2x Thunderbolt™ 4 USB Type-C supports display and power delivery
CameraHD camera with IR function to support Windows Hello
ConnectivityIntel Wi-Fi 6(Gig+)(802.11ax)+Bluetooth 5.0 (Dual band) 2*2
AudioSonicMaster, Smart Amp Technology, Built-in array microphone, harman/kardon certified
Battery67WHrs, 4S1P, 4-cell Li-ion
Dimension 30.50 x 21.10 x 1.19 ~ 1.39 cm
Weight1.30 kg
ColorsPine Grey
Main Spec.ASUS ZenBook S (UX393)
CPUIntel® Core™ i7-1165G7 Processor 2.8 GHz (12M Cache, up to 4.7 GHz)
Operating SystemWindows 10 Home with Office Home & Student 2019 pre-installed
Memory16GB LPDDR4X
Storage1TB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD
Display13.9″ (3:2) IPS 3.3K (3300 x 2200), 500 nits, 100% DCI-P3, 133% sRGB, NanoEdge Display, Touchscreen, PANTONE® Validated display, TÜV Rheinland eye-care certified display
GraphicsIntel® Iris® X? Graphics
Input/Output1x HDMI 1.4, 1x USB 3.2 Gen 1 Type-A, 2x Thunderbolt™ 4 USB Type-C supports display and power delivery, Micro SD card reader
CameraHD camera with IR function to support Windows Hello
ConnectivityIntel Wi-Fi 6(Gig+)(802.11ax)+Bluetooth 5.0 (Dual band) 2*2
AudioAudio by ICEpower®, Built-in speaker Built-in array microphone, harman/kardon certified
Battery67WHrs, 4S1P, 4-cell Li-ion
Dimension 30.60 x 22.40 x 1.57 ~ 1.57 cm
Weight1.35 kg
ColorsJade Black
PriceRp24.999.000
Warranty2 tahun garansi global

*****

“Artikel ini diikutsertakan dalam ASUS ZenBook Flip S (UX371) Blog Writing Competition bersama deddyhuang.com”.

Syukur, Doa, dan Dzikir

Cerita sebelumnya ada di sini

Di dekat pintu tol ada bengkel cat mobil. Alhamdulillaah, walaupun Ahad tetap buka. Setelah dicek, perkiraan biayanya adalah 1.4 juta, tidak perlu ganti bamper. Alhamdulillaah, kami jadi punya gambaran uang yang harus dikeluarkan.

Suami mencoba cari alternatif bengkel lain, berdasar rekomendasi teman-temannya. Setelah mendapat aneka masukan, kami memutuskan untuk ke bengkel resmi.

Rupanya, pendapat pegawai di sana berbeda dengan bengkel cat. Kerusakan parah; sobek, bolong, pecah, kalau didempul hasilnya tidak akan maksimal. Logis juga, sih. Kami menurut untuk ganti bamper, tapi akan mencari bamper di tempat lain. Siapa tahu lebih murah.

Sambil menghitung perkiraan biaya, pegawai cerita semua perbaikan di sini diskon 30%. Program diskon ini untuk menarik pelanggan. Efek pandemi, bengkel sepi. Pegawai pun berangkat tiga hari sekali saja. Saya tidak tanya tentang gaji, tapi dari raut muka, sudah terlihat bahwa penghasilan mereka terdampak. Subhaanallah.

Keesokan harinya, pegawai menghubungi kami lagi. Dia menawari bamper bekas kondisi bagus, dengan harga hanya sepertiganya. Maasya Allah. Rezeki. Semoga walaupun bekas, hasilnya tetap bagus.

Alhamdulillaah, setelah enam hari mobil opname, bisa kami ambil dan bisa untuk rutinitas pekanan. Mudik. Bawaan kalau mudik itu beragam, ya. Sepeda si balita, jerigen untuk kulakan minyak, saat balik seringnya ada tambahan lagi; karung isi beras, pisang, klethikan, dan banyak lagi. Jadi inget candaan suami. Mungkin, si penabrak lihat bagasi yang tak karoan, ada karung, kardus madu, dll, ditambah penampilan suami; celana longgar cingkrang, ubanan, pakai sandal jepit pula, jadi kayak orang lugu, polos, yang mudah “digathaki” hahaha.

Alhamdulillaah, hikmah dari kecelakaan ini adalah mobil lebih kinclong. Kami meminta semua bagian yang lecet dicat sekalian. Kalau bamper tidak parah, pasti masih eman duit mau cat spot-spot yang lecet. Semoga suata saat, di saat yang tepat, bisa ganti baru semuanya. Aamiin.

Satu hal yang menjadi catatan kami. Kerusakan mobil penabrak dengan mobil kami yang sangat jauh berbeda. Ada kemungkinan, penabrak melaju dengan kecepatan tinggi, dan akan menyelip kami dari kiri, tapi tidak sampai. Logis juga, karena yang rusak adalah bamper belakang sebelah kiri, sedangkan penabrak, bagian depan kanan. Namun, apapun penyebabnya, hal ini mengingatkan saya akan kisah seorang Ustaz. Kurang lebih seperti ini. Suatu ketika ada sahabatnya kecelakaan di jalan raya. Kalau dilogika, dia sudah meninggal, karena mobil sampai terpental dan terguling. Alhamdulillaah, dia selamat, kerusakan mobil pun tak seberapa. Sahabatnya ini adalah orang yang tak pernah meninggalkan dzikir pagi sore. Maasya Allah.

Sebuah pengingat, jangan sampai kita melupakan dzikir dan doa. Di mana pun, kapan pun, dalam kondisi apa pun.

Ikhlas Itu Susah

Cerita sebelumnya ada di sini

Kondisi mobil penabrak cukup parah. Pintu kanan depan tidak bisa dibuka. Mesin masih oke, tapi roda tidak balance, sepertinya as roda kena. Penabrak mencoba menghubungi derek, tapi telpon beberapa nomor tak ada yang aktif. Suami meminta dia masuk mobil kami. Kami tungguin dia telpon mobil derek. Kami bantu browsing ketika beberapa nomor yang dikontak tidak bisa dihubungi. Setelah sekian lama tetap tak bisa terhubung dengan mobil derek jalan tol, kami antar dia keluar tol, ke kantornya langsung. Alhamdulillaah, di gerbang keluar, ada mobil PJR.

Karena pandemi, dia tidak boleh ikut mobil PJR. Kalau mau, duduk di belakang. Hujan-hujan gitu, lho. Hihi. Alhamdulillaah, kami menyusul masuk tol lagi, dan bisa mengantarnya ke posisi mobilnya.

Mobil berada di arah berlawanan. Kami berhenti di seberang tol. Petugas PJR dan penabrak menyebrang, dan melompati pembatas. Saat itu, kami tunggu sampai dia selesai urusannya dengan petugas PJR.

Saat menunggu ini, saya sudah tidak nyaman. Sudah lebih dari satu jam kami seperti ini. Saya mengajak suami pulang saja. Udahlah, kasih no rekening aja. Praktis. Suami masih ingin menunggu, juga dengan pertimbangan kalau pulang bareng PJR, bisa putar balik di tempat yang disedikan khusus darurat. Kalau sendiri, harus keluar tol dulu, terus balik lagi. Bener juga. Buang waktu lagi, kan?

Dan ….
Apa yang terjadi setelah penabrak kembali bersama petugas PJR?
Pembicaraan penggantian dimulai oleh petugas. “Ini musibah, tidak ada yang mau, tidak ada yang salah bla … bla ….”
Kami mengiyakan. Tak ada sedikit pun rasa atau niat kami ingin mengambil untung. Yang kami pegang hanyalah kata “akan saya ganti”.
Dan entah pembicaraan apa lagi, sempat menyinggung bahwa bamper kami sudah bukan cat asli, kerusakan mobil dia bisa 20 jt an sehingga kami diminta pengertiannga … ujung-ujungnya, dia bilang mau membantu kerusakan mobil kami seharga 300 ribu!!

Waaakss!!!
Kaget dong, saya. Kirain mah, mau antar ke bengkel, perkiraan biaya berapa … seperti ketika kami pernah ga sengaja nyerempet mobil orang (padahal ada tukang parkir kasih aba-aba. Kesalahan pada pak parkir hehe).

Saya melihat sudah tidak ada itikad baik. Saya ajak suami pulang, tapi suami masih terus berusaha nego, mencoba meminta haknya sebesar satu juta (ini pun saya ga ridho). Penabrak tetap tidak mau, dan hanya bisa membantu 500 ribu. Alasannya, karena ini ‘kecelakaan’, bukan murni salah dia. Saya pun jadi ikut bicara. Membahas mobil kami yang sudah pelan, gak ngerem mendadak, kok dia bisa nabrak?

Sungguh, eyel-eyelan, tawar-menawar, yang benar-benar tidak saya sukai. Apalagi, dia berkali-kali bilang “hanya bisa membantu segitu”, membuat saya makin emosi dan keluar cyombongnya.
“Saya ada uang, Pak. Ini bukan masalah membantu, saya hanya minta tanggungjawab. Kalau emang segitu, ya, udahlah. Mending ga usah.”

Suami sebenarnya masih ingin meneruskan nego hak ini. Tapi saya merasa bakalan sia-sia waktunya. Jadi, saya minta udahan aja. Suami masih belum mau. Setelah beberapa saat, dan sepertinya tak menemukan titik temu, barulah suami manut.

Tas penabrak masih di mobil. Saya buka pintu, dan bicara sama penabrak. “Silakan ambil tasnya, Pak. Jangan lupa payungnya.” Kami pergi tanpa mengambil “uang bantuan” yang dia tawarkan.

Kami lanjut perjalanan menuju pintu keluar tol yang masih lumayan jauh, dan putar balik lagi, pulang. Si penabrak udah sampai duluan, dong. Kan mereka gak perlu keluar tol dulu.

Sungguh, saya ga ridhonya itu karena waktunya habis buat nungguin dan membantu dia dapatin derek. Rasanya ga ikhlas banget, apalagi karena sebab ini, saya melewatkan sebuah acara yang saya tunggu-tunggu, dan ini tak bisa dihargai dengan uang 300-500 ribu. Kalau dari awal dia sampaikan “hanya bisa membantu 300 rb”, udah saya tinggal dari awal. Atau misal bicara baik-baik, ini musibah, tak ada yang bisa disalahkan, biaya tanggung sendiri-sendiri, pun mungkin ga masalah. Apalagi, mobil penyebab utama kecelakaan ini sudah ngacir. Ngapain juga diawal bilang mau mengganti kerusakan?

Qadarullaahi wa maasya’a fa’ala. Sudah digariskan, kalau rezeki saya seperti itu. Dan, ini adalah ujian keikhlasan yang sungguh tak mudah. Rasanya kayak di-PHP. Eh, ya mungkin salah kami juga, sih, terlalu berharap banyak dengan keramahan di awal wkwk. Sudahlaah ….

Lanjutan, yaa.

Kecelakaan, Musibah yang Tak Bisa Dihindari

Kecelakaan di jalan raya memang susah dihindari. Risiko naik kendaraan ya ditabrak atau menabrak, mungkin juga terguling. Bahkan, ketika kita sudah sangat berhati-hati. Na’dzubillaahi min dzalik. Semoga kita terhindar dari semua itu. Apabila mengalaminya, semoga menjadi penggugur dosa. Aamiin.

Berkendara di jalan tol dalam kondisi hujan, lumayan ngeri-ngeri sedap. Ini yang kami rasakan ba’da dhuhur hari Ahad lalu di jalan tol Bawen-Ungaran. Karena hujan deras, suami jalan standar. Sedikit kaget ketika dari kejauhan tampak mobil berhenti, posisi menghadap mau putar balik. Saya pikir mobil patroli, dari arah berlawan mau putar balik. Suami langsung kasih tanda lampu hazard, dan berhenti. Saat ngerem biasa aja, kami tidak terhuyung ke depan apalagi sampai terdengar suara mendecit-decit, seperti yang terjadi kalau mengerem mendadak ketika kecepatan tinggi. Dan, rasanya kami sudah berhenti beberapa saat, ketika tiba-tiba terdengar suara “Brak!”. Mobil disundul dari belakang. Heran, dong. Kok, bisa?

Saat itu, begitu kami berhenti, mobil yang berhenti di depan langsung berputar, sempat berhenti sejenak di bahu jalan, tapi terus ngacir hihi. Sekilas saya lihat mobil penyok di bagian depan kanan. Rupanya, dia menabrak pembatas, (sampai berputar 90 derajat? Karena posisi mobil, depannya menghadap ke kiri bukan ke depan).

Sementara, mobil yang menabrak langsung menepi dan berhenti. Saya lihat kerusakan bamper depan yang lumayan parah, dan langsung membayangkan kerusakan mobil sendiri.

Suami turun. Saya tidak ikut turun karena payung cuma ada satu, padahal lumayan deras. Sebenarnya sangat penasaran lihat seberapa besar kerusakannya. Biasalah, emak-emak mah langsung konversi ke rupiah, hehe.

Lega, ketika penabrak mau bertanggungjawab. “Saya ganti, Pak,” begitu katanya, dan tak hanya sekali dua kali dikatakan. Kami pun membayangkan sebuah bentuk kekeluargaan yang tidak saling menyalahkan atau mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri dengan menekan pihak lain. Sudah jamak, kan, bila ada kejadian seperti ini, akan ada perdebatan sengit masalah ganti rugi? Nah, kalau ada indikasi seperti itu, saya trimo ngalah. Kecelakaan yang tidak sampai menimbulkan korban jiwa atau luka-luka, sudah membuat saya bersyukur. Alhamdulillaah ‘ala kulli hal.

Bersambung

Hasil Ikut Kelas Foto

Ahamdulillaah,
Tepat menjelang setahun belajar fotografi, akhirnya sampailah pada niat utama dulu ikut kelas ini.

Apa itu?
Walaupun kecil-kecilan, saya jual beberapa jenis madu, dan minyak kelapa. Selain itu juga jualan buku, baik buku karya sendiri, atau buku lainnya yang menarik. Zaman sekarang yang serba online ini, foto produk jelas sangat berpengaruh untuk iklan barang dagangan. Ketika melihat iklan belajar fotografi menggunakan smartphone secara online dengan biaya terjangkau, saya pun tertarik.

Dan, mulailah saya ikut kelasnya secara bertahap, dari basic, advance, lalu expert. Ketika tiga kelas dasar sudah saya lalui, saya tertarik dengan kelas makro dan ikut sampai tiga level. Lalu, ikut kelas foto makanan. Jarak antar level itu ada yang sebulan, dua bulan. Dan, Maret ini sampailah saya ke kelas produk.

Tentu saja, buku menjadi sasaran utama untuk praktik. Buku terbaru “Di Mana, Leon?” menjadi pilihan. Jadinya seperti foto di atas.

Lalu, sasaran kedua madu pahit.

Alhamdulillaah, setelah melalui asistensi dengan admin Uni Mel, akhirnya semua dinilai lolos oleh Teh Ina, mentor utama juga owner KMTI, Kelas Moto Teh Ina.
Jaazakumullaahu khoir untuk semua tim yang terlibat. Saya, yang gak paham apa-apa tentang fotografi, kini mulai melek. Walaupun kalau praktik sendiri, pastinya belum maksimal. Harus latihan … latihan … dan praktik lagi … lagi … dan terus.

Sirah 25 Nabi dan Rasul

Bismillaah,


Pengin cerita sedikit tentang buku ini 😊
Alhamdulillaah, senang bisa ikut meramaikan dunia perbukuan anak, dengan tema yang sudah banyak di pasaran, “Kisah 25 Nabi dan Rasul”.


Teman-teman yang ikut acara zoom GPC mungkin ingat kata-kata Mba Beby. Kurang lebih begini, ada banyak tema yang sama di dunia buku anak. Tugas kita adalah menyajikan dengan cara yang berbeda.
Dalam buku ini, saya berusaha menuliskan kisah paling menarik setiap para nabi. Misalnya tentang mukjizat atau peristiwa dahsyat lainnya.


Cerita berima selalu menarik perhatian anak, karena akhir suku kata yang sama. Bermodalkan http://www.rimakata.com, saya coba merangkai kata yang tidak kaku (Ya, kelemahan menulis berima, pemilihan katanya kadang maksa banget hehe).
Senang sekali ketika buku ini dikemas eksklusif oleh penerbit Gema Insani. Apalagi ditambah bonus wipe and clean dan peta (Anak saya, 4 tahun, suka sekali ).

Semoga buku ini bisa menebar manfaat. Ohya, satu tujuan saya, saya benar-benar berharap buku ini bisa menjadi pemantik bagi anak untuk mengetahui kisah 25 nabi dan rasul. Seiring bertambahnya usia, mereka akan mencari kisah lengkapnya dengan membaca buku yang sesuai dengan umurnya. Aamiin.

Shofie jadi PJ Craft

Beberapa hari lalu, Shofie pulang sekolah dengan wajah bete, dan langsung curhat.
“Aku disuruh jadi PJ buat bros dari flanel,” katanya dengan muka cemberut.
“Nggak papa. Santai aja,” jawab si Mama sok kalem. “Tuu, diajari buat bros kayak itu aja. Kan, mudah.” Saya menunjuk bros yang dulu dia buat saat ada parade tasmi’, dan dibagikan pada teman-temannya.
“Emoh. Itu jelek.”
Nah, mulai deh ‘kumat’ perfectionist-nya. Kalau udah begini, kadang bikin si emak senewen. Rewelnya itu lhoo… kalau yang diinginkan tak sesuai harapan :p *sabar… sabaar….

Masih dengan rada ngomel, ngeluh, dls, Shofie membuka netbook-nya. Langsung browsing bros dari kain flanel. Saya tidak ikut melihatnya, karena konsen dengan perut yang kenceng-kenceng :p
Tak lama, dia kelihatan uplek di ruang depan. Dan… jadilah sebuah bros yang selama ini belum pernah dibuatnya. Saya juga gak tahu cara bikinnya. Murni ini semua hasil usahanya sendiri. Melihat hasil buatannya, mukanya pun agak cerah, hehe. Dengan wajah puas, dia tunjukkan bros itu pada saya. Setelah saya apresiasi, sedikit saran saya berikan. Kalau warna dimodifikasi, mungkin akan lebih bagus lagi. Tidak satu warna aja. Rupanya dia menerima.

Alhamdulillah,
Sebenarnya berbagi dalam membuat prakarya seperti ini bukan hal baru bagi Shofie. Ketika ada kegiatan Pesantren Rajab Keluarga (PERAK) di desa Boro, Mei 2016 lalu, salah satu programnya adalah class for friend (CFF). Kegiatannya adalah berbagi. Anak-anak (dewasa juga boleh) berbagi keterampilan pada teman-temannya. Ada yang berbagi cara membuat sponge cake anti gagal, wayang kertas, kerajinan perca, aksesori dari manik-manik, dll.
Shofie waktu itu hanya menjadi peserta. Dia keliling ke sana ke mari, ikut aneka kelas.

Tak disangka, hal ini memantik rasa penginnya untuk bisa ikut andil lebih jauh. Ketika ada acara Family Camping, Community Based Education (CBE) Kampung Juara di Salatiga, Shofie ingin ikut CFF, mengajari teman-temannya membuat gelang dari loomband (Insya Allah, loomband-nya aman. Nitip temen, beli di Singapur, hehe). Saya agak tidak percaya dengan keinginannya itu. Maklum, anak ini kalau di luar lingkungannya, suaranya hilang. Pendiammm banget, juga pemalu. Tapi jangan tanya kalau di rumah, ya :p
Rupanya, dia benar-benar keukeuh ingin ikut. Bahkan, mau ikut fam camp sendiri agar bisa ikut CFF. Ya, sendiri, tanpa saya dan papanya. Waktu itu, saya dan suami ada acara, sehingga tidak bisa menginap, tidak mengikuti keseluruhan acara 😦

Tentu saja, saya tak tahu ceritanya saat dia ikut CFF. Syafiq juga ‘tidak berani’ mendekat untuk memoto apalagi merekam. Mba Septi saja memotret diam-diam, hihi. Takut anaknya pundung alias mutung wkwk. Waktu saya tanya, “gimana acara CFF?”, jawabnya cukup simple. “Ya biasa aja, to, Ma. Mama, kan, pernah lihat CFF.” Hihi…

Alhamdulillah,
Hari ini mendapat ‘cerita’ dari ustazahnya melalui statusnya di FB, kalau acara membuat bros dari flanel berjalan lancar, teman-temannya suka.

Berikut status Ustazah 😉share

Oleh-Oleh Mudik

photogrid_1480860129449
Saya lupa terakhir kali pulang ke Magelang. Yang saya ingat, terakhir kali pergi agak jauh adalah bulan Agustus, ketika menjemput anak-anak ikut Kamtasia (Kampung Komunitas) di Muncul, Salatiga. Lama juga, ya? Ujian bumil, yang lagi gak bisa ke mana-mana, hehe. Biasanya, asal nggak ada kegiatan, weekend selalu pulang kampung. Jumat berangkat, Ahad balik semarang. Saya ma suami sama-sama dari Magelang. Jadi sekali jalan, deh. Nginep semalam-semalam. Adil, kan?

Terus, apakah sejak Agustus itu kami tak pernah mengengok orangtua di Magelang? Ooh… tidak. Tetap sering. Sebulan bisa dua kali. Namun, hanya suami dan anak-anak. Juga tidak menginap. Kan, saya di rumah. Masa saya tidur sendirian di rumah? Cukuplah ditinggal seharian. Biasanya suami berangkat sehabis Shubuh, sampai rumah Isya’.

Foto di atas adalah oleh-oleh suami ketika mudik Ahad lalu. Mau cerita bawaan kala mudik selama saya nggak pernah ikutan? Hehe… Bukan berarti kalau saya ikut mudik nggak pernah bawa-bawa, ya. Kalau saya ikut pulang, saya akan mengambil secukupnya saja. Atau… kalau ibu mertua memaksa saya untuk membawa agak banyak, maka saya akan mengambil porsi lebih untuk tetangga sebelah-sebelah dan beberapa teman. Itu pun sudah saya paketin dalam satu wadah dan dihitung. Mau kasih oleh-oleh buat berapa orang. Paling ada cadangan beberapa, takut kelupaan. Yup, semua ini saya lakukan biar tak ada yang mubazir.

Nah, sejak saya gak ikut pulang ini oleh-olehnya selalu WOW! Over, dah. Apa pasal? Biasanya ibu mertua menyuruh Mbok Nah, orang yang biasa bantu-bantu di sawah, untuk ‘memasukkan’ semua yang ada di rumah dalam mobil, hahahaha.

Mbok Nah ini tipenya setia banget. Dia akan berusaha membawakan sebanyak-banyaknya barang buat oleh-oleh. Kadang, apa yang gak ada, dicari-carikan dulu. Entah ke sawah, kebun, atau tegal (ladang)

Lihat, ya, aneka logistik yang pernah dimasukkan dalam mobil kami hihi…

Pernah kejadian, saking penginnya bawain oleh-oleh, pepaya belum tua juga udah dipetik. Alhasil, sampai Semarang muspro alias sia-sia, karena gak bisa matang. Padahal, metiknya lebih dari lima buah. Oalaa….

Lihat daun yang ada di kresek itu? Saat mudik kemarin, katanya dia pergi ke tegal untuk mencari daun tempuh wiyung dulu. Saya dari dulu penasaran, apa nama tanaman ini? Kalau dilihat dari bunganya, seperti dandelion. Enak kalau diurap. (Duh, kenapa gak dibawain sambel urapnya sekalian? Saya kan males bikinnya hihi. Paling-paling nanti dipecel aja).

Tak jarang, dia nginclik ke sawah, untuk metik cabe, kacang panjang, atau hasil lainnya. Tahukah yang masuk mobil? Sekresek sedang isi cabe campur-campur. Kacang panjang satu ikat buesaaar… (duh, pengin ta titipin tukang sayur buat dijual, deh). Dibagi-bagi tetangga juga masih sisa banyak.

Telur bebek biasanya dibawain sebakul nasi. Isinya lebih dari 15 butir, deh. Kalau ini, sih, seneng. Mayan. Awet, kan? Hihi.
Ehya, bebek di rumah ini lucu poll. Mertua hanya memelihara 10 ekor. Tiap hari, selalu panen minimal 8 butir, jadi hampir semuanya bertelur. Namun, kalau Mbok Nah lagi ‘cuti’, bisa-bisa sehari hanya ada dua butir hihi. Cintanya ama Mbok Nah, nih, si bebek.
Kebayang, numpuknya telur-telur ini di rumah, kan? Soalnya hanya ada bapak dan ibu soalnya. Makanya, begitu ada yang mau bawa, apalagi untuk cucu kesayangan, semangat packing, deh. Cara packing agar tidak pecah, selamat sampai Semarang adalah, telur dibungkus kertas dulu.

Sepekan lalu, saya terbelalak kaget melihat yang dibawa suami. Setundun pisang kepok matang!! Setundun, ya! Alias setandan. Bukan selirang. (Pakai boso Jowo, nih. Bahasa Indonesia-nya apa, sih?) Huaaa…. Akhirnya tiap pagi goreng pisang. Karena mateng bareng, sebagian sampai saya masukin kulkas hihi. Ini belum habis, kemarin sore mantan ibu kos suami saat kuliah datang ke rumah. “Mbak, nyoh iki ono panenan sithik. Mau bar ngopek nang tegal,” katanya sambil mengangsurkan kresek putih. Isinya? Yang katanya ‘sithik’ itu adalah dua lirang pisang buesaaar-buesaaar hahaha.

Ohya, selama saya hamil, ada bawaan wajib kalau pulang. Kelapa muda!! Hihi…. sekarung besar tuh, dibawain. Suami loh yang metik kelapanya. Eits… jangan bayangin dia manjat pohon kelapa, ya. Untunglah hanya kelapa gading yang pendek. Jadi bisa pakai tangga, hihi.

Nah, belakangan ini ada bawaan yang gak pernah lupa. Tempe. Bukan bikinan sendiri, sih. Tetangga yang bikin, dan dijual di warungnya. Tempe bungkus daun, rasanya lebih enak dibanding bungkus plastik. Kalau tahu kami mau pulang, biasanya ibu pesen dibikinkan tempe tipis, yang kayak dibikin mendoan gitu. Terus pesennya juga dua jenis. Yang udah jadi, dan masih kedelai. Jadi, bisa awet. Enaak. Shofie suka banget.

Nah, ini yang gak pernah lupa. Beras! Haha…. Jangan tanya harga beras ama saya, ya. Dijamin gak tahu. Selama nikah, sepertinya saya tak pernah beli beras. Bahkan, ketika kami mulai makan beras merah, bapak dan ibu sengaja menanam beras merah di sepetak sawah, khusus buat kami.
Nah, untuk beras ini, saya pesan dulu kalau beras di rumah habis. Dua tiga hari sebelum pulang, ngabarin kalau mau minta beras. Jadi, Mbok Nah persiapan jemur gabah, lalu diselep. Kadang, malah ditumbuk sendiri juga. Enaknya emang ditumbuk, sih. Namun, gak tega juga kalau dia harus selalu numbuk. Apalagi kalau kerjaan di sawah lagi banyak.
Mbok Nah ini kalau bawain beras juga suka nggak kira-kira, deh. Sekarung full. Sebulan lebih nggak habis. Padahal, kalau lama nggak minta beras, Ibu akan bilang, “Ora tau masak po, kok, beras e ora kelong?” Hiyaaa… akhirnya, beras suka saya bagiin ke teman-teman, deh, hihi.

Suami tuh kadang gak tahu, barang apa aja yang dimasukkan Mbok Nah di mobil. Kalau udah sampai Semarang, dia slemengeren nurunin dari mobil. Dan, saya slemengeren nata dan nyimpennya, hahahaha.
Alhamdulillah 🙂

Kemping di Rumah

Sekarang ini mulai menjamur staycation. Berlibur di hotel, tapi hanya dalam kota sendiri. Sekedar bersenang-senang, mencari suasana yang berbeda. Nah, beberapa waktu sempat kepikiran juga. Pengin staycation di Bandungan, atau Semarang bawah, yang ada kolam renangnya. Eh, ternyata sepemikiran ma si Papa, yang pengin refreshing juga. Namun, idenya berbeda. Papa gak mau bawa saya jauh-jauh, apalagi sampai Bandungan. Pun di hotel, walaupun gak pergi ke mana-mana, pasti tetap banyak jalan. Nah, idenya adalah mendirikan tenda di lantai dua. Huahaha…

Okelah kalau begitu.
Sabtu sore, sepulang dari ngisi seminar di Unnes, si Papa langsung bersibuk ria dengan Shofie. Belanja gas untuk kompor kecil dan perbekalan (hehe… walaupun hanya di rumah, harus pakai bekal, dong). Selesai belanja, langsung bersih-bersih atas dan mendirikan tenda. Shofie semangat sekali. Riang gembira kerja bareng Papa. Mama ngapain? Teuteup… rebahan aja hihi. Pas akhir-akhir ikut packing peralatan yang mau dibawa, sih. Minum, teflon, dll. Semua masuk ember agar bisa sekali bawa.

Seusai shalat Magrib, barulah Mama naik. Kata Shofie, “Mama hanya boleh naik dan turun sekali”. Yup. Lebih dari dua bulan, Mama nggak pernah naik ke atas. Nggak berani, takut kontraksi.
Sampai di atas, Mama takjub juga lihat tenda yang sudah berdiri dan ditata rapi. Alas memakai terpal, juga dilapisi tikar dan selimut, plus bantal-bantal sudah disusun. Di depannya dipasang tikar, buat ngobrol-ngobrol dan makan-makan.

Sepulang dari masjid, Papa pun gabung. Mulai utak-atik kompor sambil ngobrol-ngobrol. Eh… ternyata kompor nggak mau nyala.
Akhirnya Papa beli korek api dulu. Alhamdulillah, setelah ‘dipancing’, kompor mau nyala juga. Pas saat azan Isya berkumandang. Papa ke masjid, Mama dan Shofie jamaah di rumah.

Nah, selesai shalat, masaklah makan malam. Ehem… menunya masih jauh dari ideal nih, hihi. Apalagi kalau bukan mie instan wkwk. Takut kelamaan masak air, akhirnya ambil air panas dari bawah, hehe.

Selesai makan, kami mencoba boardgame baru. Islamologi Kid Land. Permainan macam monopoli, tanpa dadu, pun banyak aturan yang lebih islami. Sambil main, sambil baca petunjuknya. Hem, sepertinya seru. Kalau anak terbiasa dengan permainan ini, bisa membentuk pola pikir bila sudah ‘kaya’ nanti. Ada banyak poin yang bisa diambil. Utamakan sedekah dengan ikhlas. Sebelum membeli aneka aset, maka haji harus diutamakan. Mendirikan hotel, ada aturannya. Tak boleh di area pertanian. Dan, tentu saja jangan lupakan zakat. Keren sekali idenya. Wajar kalau mainan ini cukup mahal. Bahannya sih sederhana, yang mahal adalah idenya.

Belum sampai satu putaran yang memperbolehkan pemain membeli aneka aset, Papa sudah mengantuk. Shofie pun mulai capek. Ya, sejak Shubuh pukul 04.00, sehabis Isya, biasanya udah tidur. Ini sudah jauh dari jam tidur. Alhasil, selesai beberes, Papa dan Shofie pun masuk tenda, dan langsung terlelap.
Setelah shalat Isya, makan malam. Tapi takut kelamaan, akhirnya ambil air panas untuk masak dari bawah wkwk.

Ehhmm… harusnya, sih, acara ini no gadget. Namun, Papa lagi sedang berkomunikasi penting ma temannya. Yasud, hape dibawa naik. Mama ikutan, deh. Alasannya follow up jualan hihi. Namun, kami gak pegang hape, kok. Papa hanya balas-balas saja. Untung juga bawa hape, jadi Mama bisa poto-poto pas udah pada tidur, hehe.

Besok deadline sampai jam 5 aja di atas. Padahal udah ‘bekel’ sarapan. Namun, mau ada tamu dari Jakarta transit ke rumah sebentar, lanjut isi acara di kampus. Kudu bersih-bersih rumah lah yaw, wkwk.
Eh, alhamdulillah seusai Shubuh, kami masih sempat sarapan di atas. Bakar roti dan manasin tahu baxo. Setelah itu, barulah turun, lanjut bersih-bersih. Juga belanja jajanan buat suguhan, tak lupa lauk sayur buat sarapan (lagi).
Alhamdulillah, sepertinya lain waktu bisa camping lagi, nih. Sekaligus rapat keluarga untuk lebih serius lagi memantapkan Family Strategic Planning juga Family Branding, yang selama ini kayaknya diabaikan begitu saja 😦2016-11-20-07-40-56

Arena Kerja Darurat

20161102_195835

Arena kerja selama dua bulanan ini 🙂
Pagi, begitu selesai masak dan makan (hanya ini pekerjaan utama saya), langsung deh tempat tidur diubah fungsinya. Segala macam diangkut. Sore menjelang magrib, atau kadang sampai Isya, baru diberesin lagi.

Awalnya, saya menulis tangan di notebook. Lama-lama, males mindahin. Lalu, nulis di laptop sambil berbaring. Ternyata, capek juga. Posisi miring ga enak. Lalu, menemukan cara lain yang lebih efektif. Oret-oretan saya tulis di hape, lalu saya email. Jadi, kerja di laptop tinggal ngedit aja.

Alhamdulillah… dimudahkan dalam segala kondisi. Bersyukur juga, mendapat amanah untuk menulis beberapa tema selama hamil ini.
Btw, kenapa ngoyo banget kerja, sih? Mbok istirahat aja kalau emang kehamilannya bermasalah ( sstt… alhamdulillah, masalahnya ‘hanya’ gak bisa terlalu banyak gerak, sih. Berdiri atau duduk terlalu lama, membuat perut langsung kenceng. Begitu rebahan, nyaman lagi. Namun, gak ada flek atau apa…)

Iya, ya. Kenapa ngoyo kerja? Ehem… kayaknya kalau gak ada kerjaan, saya malah bosen, deh. Kalau tidak, malah menggunakan waktu dengan sia-sia. Baringan sambil buka sosmed apalah… apalah. Lha wong ada kerjaan aja, kayaknya saya jadi lebih melek berita, nih, gegara pegang hape terus. Biasanya mah ga mudheng blas masalah politik. Eh… sekarang tahu aja berita Dahlan Iskan (hiks, kasihan sekali beliau, ya?), pro kontra demo dan tahu satu-satu kontak FB saya ada di kubu mana, karena suka jadi silent reader (ampun, deh), bahkan kadang tergoda buka berita artis (ish!). Belum lagi komen2 di fb :p. Astaghfirullah… *elus perut.

*Cerita usia kehamilan 7 bulan. Semoga sehat dan lancar sampai melahirkan nanti. Kondisi terakhir periksa, air ketuban kurang, ada dua lilitan tali pusar :(. Semoga bisa melahirkan normal (saya takut RS, hiii…)*