FESPER 2014 (1): Qadarullah – Perjalanan Berliku Menuju Fesper 2014

Fesper

Benar-benar di luar dugaan, saya bisa ikutan FESPER 2014. Fesper atau Festival Pendidikan Rumah ke dua ini dilaksanakan di Salatiga, diikuti oleh 250 peserta yang terdiri dari 75 keluarga homeschooling se-Indonesia.

Tahun lalu, Fesper pertama dilaksanakan di Yogyakarta. Saya ikut juga, namun tidak ikut kemahnya, hanya mengikuti sarasehannya. Hal yang sangat saya sesali. Saya pun berniat ikut Fesper ke dua. Bahkan, walaupun di tengah perjalanan, anak-anak sudah tidak HS. Juni lalu, ketika Syafiq resmi masuk sekolah dia bilang, “Walaupun Syafiq sekolah, tetep ikut Fesper, ya, Ma.”

Ya, Syafiq akhirnya masuk sekolah formal, dengan sebuah alasan yang tak bisa saya kemukakan di sini. Adapun Shofie, sebenarnya tetap saya ‘gendoli’ untuk HS, dengan berbagai idealisme :p. Sayangnya, anak ini ‘ngeyel’ mau sekolah. Di saat yang sama, ada pembukaan sebuah pondok di dekat rumah. Pondok ini tidak ikut kurnas. Melihat visi misi dan kurikulumnya, saya pun memasukkan Shofie ke sana.

Akhirnya pendaftaran Fesper 2014 pun dibuka. Saya tidak buru-buru mendaftar. Enggak menyangka animo peserta sangat banyak. Baru sehari dibuka sudah … TUTUP!! Haiyaa …!

Kecewa? Hem, waktu yang hampir setahun itu rupanya perjalanan panjang yang bisa mengubah hati. Dibandingkan beberapa teman yang sepertinya sangat ingin ikut, dan sangat kecewa karena tidak mendapat kursi, ‘kekecewaan’ saya sepertinya tidak ada artinya. “Ya sudah,” begitu saja komentar Syafiq dan suami ketika saya beritahu bahwa kami tak bisa ikut Fesper. Fesper pun ‘hilang’ begitu saja dari pikiran saya.

Tak disangka, beberapa hari sebelum Fesper, Mbak Mutiara di Jakarta menelpon, meminta saya menggantikannya, karena kondisi kesehatannya tak memungkinkan untuk bepergian jauh dan ikut kemah. Saat itu, saya sedang bersama Syafiq di toko buku. Begitu saya beritahu hal ini, Syafiq senang sekali. Tapi … saya yang meringis. Menyediakan dana mendadak sebesar itu, membuat saya berpikir juga. Biaya per orang adalah Rp350.000,00. Dikalikan empat orang lumayan, juga, kan? Seharga sepeda lipat yang sedang diinginkan Shofie saat ini, menggantikan sepedanya yang sudah kekecilan. Terus, setelah diskusi dengan suami, beliau juga kurang antusias.

Saya pun mikir begini; Mungkin ada orang lain yang sebenarnya jauuuh lebih ingin dan membutuhkan ikut Fesper, jadi kesempatan ini bisa diberikan kepada mereka. Semoga ada orang lain yang bisa menggantikan Mba Muti. Esok paginya, saya lihat di FB Mba Muti, beliau memutuskan untuk tetap ikut Fesper. Alhamdulillaah ….

Tak disangka ….
Kamis pagi (sehari sebelum Fesper), Mba Muti telpon lagi. Saat itu saya sedang kursus nyetir ditemani Syafiq (Gara-gara srempetan dengan truk, saya kursus untuk menghilangkan trauma). Karena menelpon berkali-kali, saya minta Syafiq menerimanya, sekedar mengabarkan kalau saya sedang nyetir.

Selesai kursus, saya langsung pergi lagi karena ada acara lain. Jadi, telpon dari Mba Muti terlupakan. Baru ingat lagi sekitar pukul 10-an. Ternyata ada SMS. Hah?! Mba Muti nggak bisa ikut Fesper? Dan … saya diminta menggantikan! Dan … masya Allah, diberikan begitu saja, hadiah untuk Syafiq, katanya!! Olalala …!

Langsung telpon suami. “Ya, ikut aja, An. Mungkin memang jalanNya kita ikut.”

Nah, gantian saya yang bingung. Kami berempat, sementara Mbak Muti hanya bertiga. Jadi, nambah satu anak lagi. Bisa tidak? Ada tempat tidak? Saya harus menghubungi panitia. Mba Muti sudah SMS kontak Mbak Raken. Saya berkali-kali telpon Mbak Raken tidak diangkat. Lalu ingat, kalau di wa, ada kontak Mbak Septi. Saya wa beliau. Tak ada respon juga. Terpikir nama Mbak Ully. Beliau ini panitia Fesper Yogya. Saya pun SMS Mbak Ully. Enggak dibalas juga. Gimana ini? (Baru tahu, ternyata Mba Ully tidak ikut Fesper).

Tak lama, ada balasan dari Mbak Septi, mengabarkan kalau Mbak Raken di pesawat, dan beliau sendiri yang akan menanyakan ke panitia.

Setelah beberapa saat menunggu, ada jawaban dari Mba Septi. Alhamdulillah … bisa!

Nah, sekarang bingung beberes, deh! Saya pun izin gak ikut taklim, agar bisa menyelesaikan beberapa urusan domestik. Ehh … saat itu ada email, menanyakan saya sibuk atau enggak? Ada job menyunting. Waduh! Saya jawab, kalau deadline sampai Selasa insya Allah bisa. Ternyata, job itu butuh waktu cepat, saya tak dikontak lagi. Belum rezeki :d. Hikmahnya adalah saat Fesper enggak kepikiran kerjaan 🙂

‘Gara-gara’ mikirin Fesper, hampir saja lupa, kalau sore ini, kami ketempatan pengajian bapak-bapak. Waks! Padahal waktu itu menjelang ashar, dan pengajian dilaksanakan pukul 17.00. Walaupun hanya 15 orang, tapi harus persiapan juga, kan? Langsung deh, ngibrit pesan nasi kotak. Sepulang dari tempat pesan, terus pinjam gelas tetangga (hihi … saya hanya punya mug beberapa biji :p), beresin rumah. Namanya panik, ada aajaaaa yang lupa …! Pas mau bikin teh, eeehhh … kita gak punya teh celup! (Maklum, kami sudah jarang sekali minum teh). Menjelang magrib, kepikiran beli rambutan untuk buah. Langsung ngacir beli beberapa ikat. Sampai rumah, tetangga ngasih rambutan sebakul. “Ini, Bu, kalau mau buat buah pengajiannya Bapak.” Huaa … kenapa enggak dari tadi? *Ups! Dan … Tahukah yang terjadi? Udah rambutannya banyak, dapat tambahan dari tetangga, ehh …rambutannya lupa enggak dikeluarin! Haha! Rezeki kita, deh, bisa makan rambutan banyak-banyak. Jenis rafiah dan binjai, pula!

Sehabis Isya, baru ingat juga kalau harus ke dokter. Jempol Syafiq infeksi gara-gara kemasukan kulit rambutan saat mengupas. Sampai bernanah! Dua hari lalu sudah dibawa ke dokter, dikasih antibiotik, dan malam ini juga harus kontrol!

Pulang dari dokter, udah teler aja. Mau siap-siap baju, enggak ada daya. Akhirnya tiduran sambil lihat file-file di grup Fesper, untuk mempelajari persiapan yang diperlukan, sekalian melihat gambaran kegiatannya.

Pukul satu malam, adik di Magelang SMS. Katanya dia ke rumah sakit, karena suaminya sakit. Pusing dan muntah terus. Oalala …. Biasanya, kami kalau diberitahu ada keluarga sakit, langsung pulang. Kondisi sekarang, ya, enggak mungkin, dong. Saat di SMS itu, saya mikirnya dia hanya ke RS periksa dan pulang lagi.

Pagi harinya, saya masih ada jadwal kursus nyetir lagi yang terakhir. Setelah itu, beli perlengkapan Syafiq. Karena mendadak, banyak baju-baju yang tidak dibawa pulang, sehingga tidak cukup untuk kemah. (Ya, Syafiq boarding di Yogya, dan kebetulan lagi ‘bolos’ sekolah, hehe ).

Sekitar pukul 11.00, ada SMS dari adik. Dan … saya baru nyadar kalau adik ipar saya itu ternyata opname!! Haiyaaa …. Lha, gimana ma anak-anaknya? Sebenarnya, kewajiban saya adalah pulang, dan membantu menjaga anak-anak.

Ketika saya ceritakan pada suami, dia memutuskan untuk pulang. Ikut Fesper-nya, hari Sabtu aja, atau lihat kondisi. Pokoknya pulang dulu! Duuuh, gimana ini?

Akhirnya, saya ngomong terus-terang sama adik, sudah ‘telanjur’ mau ikut kemah. Saya menawarkan untuk mengajak anak-anaknya kemah sekalian. Pikir saya, yang jadi ‘masalah’ kan, anak-anak. Di rumah sama siapa, kalau bapak-ibunya di RS.

Akhirnya, keputusan kami adalah pergi dulu ke Salatiga, registrasi sekalian menanyakan apakah masih memungkinkan menambah dua anak untuk ikut kemah? Setelah itu baru ke Magelang ‘ambil’ dua keponakan saya.

Pukul satu siang, kami baru bisa berangkat. Sudah jelas telatnya. Tapi, pikirnya ‘hanya’ tidak ikut pembukaan. Saat fieldtrip udah bisa sampai Salatiga. Tapi, harapan itu pupus sudah, karena begitu keluar tol Ungaran, mobil sudah berbaris rapi!! Kami langsung ambil jalur alternatif. Sudah hafal, sih, sama jalur ini. Kan, sering pulang Magelang dengan jalur yang sama. Tapi … berniat lebih cepat lagi, kami ambil jalur alternatif lainnya lagi. Ternyataaa … kondisi jalannya parah!! Untuk jenis mobil kami yang sekarang, enggak bisa jalan cepat!! Kata Syafiq, “Duh, kalau lewat jalan begini, emang enak pakai Panther, ya!”

Alhasil, sampai Salatiga sudah seppiiii! Semua sudah berangkat fieldtrip. Saat itu terpikir untuk ‘ambil’ dua keponakan dulu di Magelang. Tapi, ada SMS dari adik, katanya anak-anak enggak usah diajak kemah. Biar bermalam di RS aja. Yo wis, ditegain aja tetep ‘bersenang-senang’ di atas penderitaannya.

Itulah perjalanan berliku, semua ini tentu atas kehendakNya, kuasaNya, qadarullah kami akhirnya bisa ikut Fesper 2014 ini.

Terima kasih tak terhingga untuk Mba Mutiara sekeluarga. Mbak Muti semoga segera sembuh, dan keluarga diberi keberkahan dan pahala yang berlipat. Aamiin. Alhamdulillah ‘ala kulli hal.

8 thoughts on “FESPER 2014 (1): Qadarullah – Perjalanan Berliku Menuju Fesper 2014

  1. Pingback: FESPER 2014 (2): Field Trip – Rumah Wisata Kedelai | Oyako no Hanashi

  2. Pingback: FESPER 2014 (3) : Perkenalan Kreatif – Dadakan, Tapi Lumayan :d | Oyako no Hanashi

Leave a reply to Hidayah Sulistiyowati Cancel reply